Risalah Untuk Pecinta Ahlul Bait II

3. Allah Ta’ala berfirman :
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا . وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (32) Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan jangan kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyyah terdahulu. Dan laksanakanlah Shalat, tunaikan zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlu Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” [Al Ahzab : 32-33]
Konteks ayat di atas adalah sebuah pembicaraan yang ditujukan kepada istri-istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dan seluruh kandungan ayat termasuk juga di dalamnya ayat :
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah bermaksud untuk menghilangkan dosa dari kalian wahai Ahlu Bait dan membersihkan kamu sebersih bersihnya.”
Termasuk serangkaian ayat-ayat sebelumnya yang turun berkaitan dengan ummahatul Mukminin. Lalu kenapa Syiah mengeluarkan istri-istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari konteks ayat ini dengan dalil hadits kisa`?
Apakah hadits kisa` sengaja datang untuk mencancel (membatalkan) kandungan ayat-ayat sebelumnya?! Atau hadits tersebut adalah tambahan yang menjelaskan bahwa ayat tathhir juga mencakup selain istri-istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sehingga tidak memunculkan pemahaman bahwa ayat tersebut hanya terbatas pada istri-istri Rasulullah saja karena konteksnya memang demikian?

24. Sesungguhnya dalam ayat di atas terkadung delapan perkara yang berkisar antara perintah dan larangan.
1.
فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ
“Janganlah kalian melemah lembutkan suara.”
2.
وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Dan Ucapkanlah perkataan yang baik.”
3.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ
“Dan menetaplah di dalam rumah-rumah kalian.”
4.
وَلَا تَبَرَّجْنَ
“Dan janganlah kalian berhias.”
5.
وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ
“Dan dirikanlah shalat.”
6.
وَآتِينَ الزَّكَاةَ
“Dan tunaikanlah zakat.”
7.
وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.”
8.
وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى
“Dan ingatlah apa yang dibacakan.”
Jika kita bertanya kepada muslim cerdas dan pintar : perkara-perkara ini dilayangkan kepada para istri Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. apa tujuannya? Tanpa ragu dia akan menjawab : “Agar supaya istri-istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjadi suci lagi disucikan.” Dan Allah Ta’ala sendiri yang menjelaskan alasan di balik perintah dan larangan-Nya tersebut dengan firman-Nya;
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah bermaksud untuk menghilangkan dosa dari kalian wahai Ahlu Bait dan membersihkan kamu sebersih bersihnya.”
Maka penafsiran makna ayat di atas kurang lebih adalah : “Wahai istri-istri Nabi sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan dan melarang kalian perkara-perkara ini, dengan tujuan untuk menghapus dosa-dosa kalian dan mensucikan kalian sesuci-sucinya.”

25. Hadits kisa` khusus untuk lima person sebagaimana yang disebutkan dalam al Hadits. Namun kenapa Syiah memasukkan lebih dari lima ke dalamnya? Apakah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri yang menyebutkan dalam nash bahwa mereka berlima adalah Ahlu baitnya, kemudian ditambah Sembilan orang dari keturunan Al Husain Radhiyallahu Anhu sesuai dengan urutan nama yang makruf di kalangan sekte Syiah Itsna Asyariyah tanpa seorang pun dari keturunan Al Hasan Radhiyallahu Anhu terlibat di dalamnya sama sekali?.
Bagaimana bisa sekte Syiah Itsna Asyariyah memasukkan nama-nama yang tidak disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallama sendiri, padahal secara bersamaan mereka mengeluarkan orang-orang yang sebenarnya Al Qur`an turun berkaitan dengan diri mereka, yakni para Ummahatul Mukminin Radhiyallahu Anhun?.

26. Hadits kisa` versi Ahlus Sunnah disinyalir dalam beberapa sumber, hanyasaja sumber yang paling unggul menurut mereka adalah shahih Muslim, di mana hadits tersebut diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha. Maka apabila Aisyah Radhiyallahu Anha memiliki sikap permusuhan dengan Ahlul Bait sebagamana pendaangan Syiah, lalu kenapa dia meriwayatkan hadits semacam itu (Hadits kisa`) bila nantinya bisa menjadi boomerang baginya jika anggapan Syiah terbukti benar?
Lalu keuntungan pribadi apa yang dikeruk dan diperoleh Ibunda Aisyah Radhiyallahu Anha ketika meriwayatkan hadits semacam ini?

27. Allah Azza Wajalla menurunkan ayat-ayat suci Al Qur`an tentang pembersihan diri ibunda Aisyah Radhiyallahu Anha pada peristiwa dusta yang dituduhkan terhadapnya, dan mensucikannya dari perbuatan keji itu.
Namun eronisnya kita masih menemukan sebagian Syiah menuduh beliau khianat !!-Na’uudzu billaahi min dzalik- [12] .
Bukankah pernyataan tersebut secara otamatis merupakan hinaan terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam? Selain itu juga terdapat hinaan terhadap Allah Azza Wajalla Yang Maha mengetahui perkara ghaib, karena Dia tidak pernah menginformasikan pada Nabi-Nya bahwa istrinya adalah seorang penghianat.
Amat sangat tidak mungkin ibunda Aisyah melakukan hal itu. Inilah bukti seburuk-buruk madzhab yang berani menghina kesucian istri manusia terbaik, sekaligus ibunda orang-orang beriman.

28. Bagaimana bisa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dikuburkan di rumah Aisyah Radhiyallahu Anha? Sedangkan kelompok Syiah menuduhnya kafir dan munafiq-Nau’uudzu billahi min dzalik-? Bukankah pengkuburan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di rumah Aisyah Radhiyallahu Anha menunjukkan bukti jelas bahwa beliau sangat ridha dan cinta kepadanya?

29. Menurut Syiah pengangkatan imam berdasarkan pada Nash (teks religius) langsung dari Allah Ta’ala, sebagaimana kenabian juga berdasarkan nash langsung dari Allah Ta’ala. Karena itulah seorang imam yang telah direkomendasikan oleh Allah sebagai simbul umat yang wajib ditaati tidak memiliki hak untuk menolak jabatan (kedudukan) itu, sebagaimana seorang Nabi yang telah diresmikan oleh Allah sebagai Nabi tidak dapat untuk menolaknya.
Jika memang demikian ketentuannya kenapa kita temukan Ali Radhiyallahu Anhu menolak pengangkatannya sebagai imam ketika ditawarkan kepadanya jabatan tersebut setelah terbunuhnya Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, justru tatkala tawaran tersebut datang kepadanya beliau berkata :
دَعُوْنِيْ وَالْتَمِسُوْا غَيْرِيْ فَإِنَّا مُسْتَقْبِلُوْنَ أَمْرًا لَهُ وُجُوْهٌ وَأَلْوَانٌ
“Tinggalkanlah aku, dan carilah yang lain, karena kita akan menghadapi perkara yang memiliki banyak ragam (versi) dan warna (corak).”[13] [Nahjul Balaghah, Hal 136]
Bagaimana mungkin Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu boleh berkata demikian (bila dia telah diangkat oleh Allah secara nash sebagai imam) ?

30. Syiah selalu mengaku bahwa sebenarnya nash (teks religius) yang menetapkan Ali sebagai Khalifah telah tersurat di dalam Al Qur`an kemudian para sahabat menyembunyikannya (mempolitisinya), ini adalah tuduhan dusta, karena kenyataannya kita dapatkan para Sahabat Nabi tidak pernah menyembunyikan satu pun hadits yang menunjukkan imamah Ali. Seperti hadits : “Kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa.” Dan hadits-hadits lain yang serupa dengan itu. Jika benar mereka menyembunyikan ayat-ayat Al Qur`an yang mereka maksud lalu kenapa tidak sekalian saja menyembunyikan hadits-hadis ini juga?.

31. Berkaitan tentang kesmpurnaan dan totalitas Al Qur`an Allah berfirman :
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan kami turunkan kitab Al Qur`an kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang islam.” [An Nahl : 89]
مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam Al Qur`an, kemudian kepada Rabb mereka, mereka dikumpulkan.” [Al An’am : 38]
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
“Yang tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan datang), yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Terpuji.”[Fushilat : 42]
Jika doktrin meyakini imamah (kepemimpinan) dua belas imam merupakan bagian dari rukun islam, hingga konsokuensi dari siapa saja yang tidak meyakininya adalah kafir. Lalu kenapa hal sekrusial itu tidak pernah disebutkan sama sekali di dalam Al Qur`an, meski hanya dengan satu ayat saja yang secara nyata menjelaskannya, hingga dapat menghilangkan kebingungan dan keraguan, serta dapat dijadikan hujjah dan dalil yang bisa dijadikan pijakan saat terjadi perselisihan. Padahal di waktu yang sama Al Qur`an lebih banyak memperinci perkara-perkara yang tidak lebih penting dari imamah, seperti tentang hukum waris, pernikahan, akad, haidh, nikah, nifas, buruan dan lain sebagainya?.

32. Menurut Syiah Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berbaiat kepada Abu Bakar Radhiyallahu Anhu karena terpaksa, jika pendapat ini bisa terima, pertanyaannya : kenapa Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berbaiat kepada Umar Radhiyallahu Anhu karena kemauannya sendiri bukan karena terpaksa? Sebagai buktinya Ali menjabat sebagai mentrinya Umar, dan dia juga ditunjuk sebagai kepala dewan syuro Umar, hingga Umar berkata :
أَعُوْذُ مِنْ مُعْضَلَةٍ لَيْسَ لَهَا أَبُو الْحَسَنِ
“Aku berlindung dari dilemma yang diselesaikan tanpa mengikut sertakan Abu Al Hasan (Ali).”
Kalau begitu hal ini memastikan bahwa Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu Anhuma adalah imam adil yang berpetunjuk, jikalau keduanya adalah imam dzalim dan semenah-menah sebagaimana yang digambarkan oleh Syiah niscaya Ali juga terlibat dalam perbuatan kezhaliman, karena yang membantu orang yang berbuat zhalim sama saja dengan pelakunya. Allah berfirman :
وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
“Dan janganlah kalian cenderung kepada orang yang dzhalim yang menyebabkan kalian disentuh oleh api neraka, sedangkan kalian tidak memiliki seorang pelindung pun sehingga kalian tidak mendapat pertolongan.” [Hud : 113]

33. Tertera dalam Nahjul Balaghah, sumber utama Syiah yang paling diangungkan oleh mereka, berikut ini :
Di antara isi surat yang di kirimkan oleh Ali kepada Muawiyah :
“Sesungguhnya aku telah dibaiat oleh orang-orang yang pernah berbaiat kepada Abu Bakar, Umar dan Utsman dengan cara dan konsep baiat mereka pula, maka bagi yang hadir tidak boleh memiliki pilihan lain, dan yang tidak hadir tidak boleh menolak, karena Musyawaroh adalah wewenang Sahabat Muhajirin dan Anshar. Jika mereka telah sepakat mengangkat seorang untuk menjadi imam berarti Allah telah ridha dengan kesepakatan itu, jika ada yang keluar dari kesepakatan ini karena cela atau bid’ah maka mereka diajak untuk kembali ke jalan yang benar, namun jika mereka enggan mereka berhak untuk diperangi karena alasan keluar dari jalan (consensus/ijmak) orang-orang beriman, dan Allah membiarkannya dalam kesesetan yang dilakukan olehnya. Aku bersumpah wahai Mu’awiyah jika kamu berfikir dengan akal jernihmu tanpa dicampuri oleh hawa nafsu niscaya akan kamu dapati diriku berlepas dari orang-orang yang membunuh Utsman, dan kamu juga benar-benar mengarti bahwa aku mengasingkan diri darinya. Kecuali jika kamu menuduhku berbuat jahat maka kamu juga bertindak jahat pula sesuai dengan apa yang kamu fikirkan.” 

Teks surat di atas menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :
1. Imam dipilih melalui kesepakatan para Sahabat Muhajirin dan Anshar, dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan rukun imamah menurut Syiah.
2. Sesungguhnya Ali dibaiat dengan konsep dan cara yang pernah berlaku pada imam sebelumnya Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu Anhum Ajma’ien.
3. Syuro (Musyawarah) adalah wewenang para Sahabat Muhajirin dan Anshar, dan ini adalah bukti keistimewaan dan tingginya derajat mereka di sisi Allah. Fakta ini berbeda dengan gambaran yang dicerminkan dan ditampilkan oleh Syiah tentang para Sahabat mulia tersebut.
4. Persetujuan Sahabat Muhajirin dan Anshar serta ridha dan pembaitan mereka terhadap imamnya adalah merupakan ridha Allah juga. Maka sama sekali tidak ada tindakan merampas hak imamah sebagaimana yang diklaim oleh Syiah. Jika tidak bagaimana mungkin Allah meridhai persetujuan tersebut.
5. Syiah banyak sekali melaknat Mu’awiyah, padahal tidak pernah kita temukan Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu melaknatnya dalam risalah-risalahnya.

Komentar

Postingan Populer