Risalah untuk ahlul Bait V

62. Syiah selalu berdalil atas imamah para imam mereka dengan hadits At Tsaqalain, menurut mereka At Tsaqal Al Akbar adalah Al Qur`an al kariem sedangkan At Tsaqal al asghar adalah mereka para imam. Barang siapa yang tidak meyakini para imam seperti keyakinan Syiah Itsna Asyariyah maka dia telah kafir dan murtad, karena telah menciderai kemaksuman dan imamah mereka. Sementara yang menciderai At Tsaqal al akbar yakni Al Qur`an maka dia seperti mujtahid, jika salah tetap mendapatkan pahala, oleh karena itu para ulama besar yang menjadi referensi mereka ketika ditanya tentang An Nuri At Thibrisi dan kitabnya “Fashlu Al Khithab Fie Bayaani Tahriifi Kitabi Rabbi Al Arbab” (kitab yang menetapkan adanya distorsi di dalam Al Qur`an), maka para ulama referensi itu menjawab : dia adalah seorang alim besar, dia hanya berijtihad dan salah, namun tetap mendapat pahala!!!.

63. Jika ada seseorang yang ingin mengikuti Syiah, lalu madzhab apa yang harus dia jalani karena madzhab Syiah begitu banyak dan bermacam-macam?! Antara Itsna Asyariyah, Ismailiyyah, Zaidiyyah, Daruz….. dan lain sebagainya. Sementara setiap madzhab yang ada mengaku berafiliasi terhadap Ahlu Bait, menetapkan imamah, dan memusuhi Sahabat. Mereka semua juga meyakini imamah Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu sebagai rukun agama dan dia adalah Khalifah langsung setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dan mengaku bahwa agama sebenarnya ada bersama mereka.
64. Jika Syiah mengaku bahwa mereka menimba ilmuya dari satu sumber, lalu kenapa bisa terjadi perbedaan yang luar biasa dalam hadits-hadits mereka? Tokoh Syiah Abu Jakfar Muhammad bin Al Hasan At Thausi berkata dalam muqaddimah kitab “Tahdziib Al Ahkam” salah satu empat kitab andalan mereka : “Segala puji bagi Allah Penguasa kebenaran dan Pemiliknya, semoga shalawat dan salam-Nya tercurahkan atas sebaik-baik makhluk pilihan yaitu Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Ada salah satu teman yang mengingatkan saya -semoga Allah memberikan kebaikan padanya karena kebenaran yang disampaikan kepada kami- tentang hadits-hadits para ulama kita -semoga Allah menguatkan mereka dan merahmati yang telah lebih dahulu pergi- serta perbedaan, dikotomi, konflik dan kontradiksi yang terjadi di dalamnya, hingga tidak ada satu hadits pun yang disepakati melainkan di depannya ada yang menyelisihinya. Factor inilah yang kemudian dijadikan oleh para musuh dan lawan kita sebagai celah dan cacat besar dalam madzhab kita.”
Seorang Syiah Itsna Asyariyah sejati Dildar Ali Al Kahnawi berkata dalam Asasu Al Ushul : “Sesungguhnya hadits-hadits ma`tsur dari para imam kita banyak sekali terjadi perbedaannya, hingga hampir tidak ditemukan satu hadits pun melainkan sudah ada di hadapannya hadits lain yang menentang, dan tidak ada khabar dari mereka melainkan ada khabar lain yang melawan, sehingga semua itu menyebabkan orang-orang Syiah yang kurang dalam ilmunya keluar dari madzhabnya….”
Seorang alim bijak Syiah, pakar sekaligus peneliti mereka Syihabuddin Al Karki berkata dalam kitabnya “Hidaayat Al Abrar Ila Thariiqi Al Aimmati Al Athar” Cetakan Pertama tahun 1396 H : “Oleh karena itu disebutkan dalam muqaddimah Tahdziib Al Ahkam bahwa penulis bertujuan untuk menampik perbedaan yang terjadi dalam hadits-hadits kita dari para imam. Setelah sampai iformasi kepadanya bahwa sebagian pengikut Syiah keluar karena celah tersebut.”
Demikian pengakuan langsung dari para ulama Syiah Itsna Asyariyah tentang kotroversi yang terjadi dalam madzhab mereka.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
“Sekiranya Al Qur`an itu bukan dari Allah niscaya mereka akan mendapatkan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.”
[An Nisa` : 82]

65. Sebagian orang Syiah ada yang bernamakan nama-nama penghambaan kepada selain Allah Ta’ala, seperti; Abdu Al Husain, Abdu Al Aimmat, Abdu Ar Ridha dan lain sebagainya. Dari mana Syiah mendapatkan nama-nama ini? Apakah ada nash syar’ie yang membolehkan pemberian nama dengan nama-nama penghambaan kepada selain Allah Azza Wajalla? Apakah ada salah satu dari para imam maksum –menurut mereka- yang menamai dirinya atau anaknya dengan nama-nama itu?
66. Syiah beranggapan bahwa Tanah yang sering mereka sebut dengan “Turbah Husainiyah (debu tanah Husain)” memiliki kesucian yang luar biasa menurut mereka. Tapi apakah tanah tersebut ada wujudnya? Dan apakah memang dianggap suci oleh para imam?

67. Syiah selalu melakukan ritual ibadah dengan memukul dan melukai diri sebagai ratapan atas pembantaian Al Husain Radhiyallahu Anhu dan keluarganya. Namun di watu itu pula berbagai sumber muktabar mereka meriwayatkan tentang larangan memukul dan melukai diri serta meratapi kematian. Sebagaimana yang tersebut dalam Tafsir As Shafi tentang tafsir firman Allah Azza Wajalla :
وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ
“Dan tidak mendurhakaimu dalam urusan yang baik.” [Al Mumtahanah : 12]
“Janganlah memukul pipi, menggores wajah, mengoyak rambut, merobek kantong baju, melumurinya dengan warna hitam dan memanggil dengan panggilan wail (celaka). Lalu mereka berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa’aalihi Wasallam atas hal itu.”
Dari Rasululullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “Niyahah (meratapi orang yang telah meninggal) adalah merupakan amalan Jahiliyah.” [30]
Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berkata sepeninggal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam seraya berseru kepadanya : “Jikalau engkau tidak melarang berkeluh kesah dan memerintahkan kesabaran niscaya akan habis air mata kami.” [31]
Dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu berkata : “Barang siapa yang memukulkan tangannya ke paha ketika tertimpa mushibah maka telah rontok amalnya.” [32]
Bukankah Syiah sekarang dalam perkara ini menyelisihi perintah Allah dan Rasul-Nya serta perintah para imam juga?
Jika memukul diri sendiri termasuk perbuatan yang disyariatkan bukankah yang lebih berhak diratapi seperti itu adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kemudian anaknya Fatimah Radhiyallahu Anha?. Lalu apakah Ali Radhiyallahu Anhu meratapi mereka dengan cara seperti itu?

68. Syiah biasa memperingati tradisi ritual peratapan dengan mengenakan baju berwarna hitam sebagai ungkapan kesedihan atas Al Husain Radhiyallahu Anhu, sementara riwayat-riwayat dari Ahlu Bait secara nyata melarang untuk mengenakan warna hitam. Di antaranya :
Dari Ali Radhiyallahu Anhu berkata : “Janganlah memakai baju hitam karena itu adalah bajunya Firaun.” [33]
Dan disebutkan dalam tafsir As Shafi tentang tafsir ayat :
وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ
“Dan tidak mendurhakaimu dalam urusan yang baik.” [Al Mumtahanah : 12]
Bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam membaiat para wanita muslimah untuk tidak melumuri baju dengan warna hitam, merobek kantung baju, memanggil dengan panggilan wail (celaka).” [34]

69. Menurut Syiah anggota badan dalam sujud delapan; kening, hidung, dua telapak tangan, dua lutut dan dua telapak kaki. Dan delapan anggota ini harus menempel tanah dalam kondisi sujud. [35]
Kemudian mereka mengatakan wajib bersujud di atas sesuatu yang tidak dimakan dan tidak pula dipakai, oleh karena itu mereka meletakkan tanah di bawah keningnya. Sementara pada anggota sujud lainnya mereka tidak meletakkan tanah di bawahnya?!

Demikian catatan-catatan ringan yang kami sajikan, seraya berdoa kepada Allah agar menganugerahkan kepada kita ikhlas dalam perkataan dan perbuatan, serta menunjukkan kita pada jalan yang lurus. Washallallahu Wasallama ‘Alaa Muhammad Wasallama Tasliiman Katsiiran.

—————————————-
1. [Al Irsyad Al Mufid, Hal 186 dan 248]
2. Kasyful Ghummah Fie Ma’rifatil A`immah oleh Ali Al Arbali (2/66)
3. Al Irsyad Al Mufied Hal. 197
4. Al Irsyad Al Mufid, Hal 194
5. Al Kulaini dalam Al Kafi Fi Al Furu’ (6/115), At Thausi dalam Tahdziibul Ahkam, Bab Adad An Nisa` Juz 8, Hal 148
6. Pertalian hubungan pernikahan antara keluarga Ali dengan sebagian keluarga pamannya dari keluarga Abu Bakar, keluarga Umar, keluarga Utsman dan keluarga Az Zubair banyak sekali, yang kemudian dikupas oleh Syaikh As Sayyid bin Ahmad bin Ibrahim dalam kitabnya “Al Asma` Wa Al Mushaharat Baina Ahlil Baiti Wa As Shahabah Radhiyallahu Anhum” barang siapa yang ingin lebih mendalaminya silahkan merujuknya kembali dalam kitab tersebut karena dia adalah kitab yang komplit dan simple dalam bahasan ini.
7. Hadits ini menurut Ahlu Sunnah Muttafaqun Alaih, dan diriwayatkan pula oleh Al Majlisi dalam Biharul Anwar Juz 8, Hal 27, dan Juz 3, Hal 165, dan Juz 28, Hal 27, dan lain sebagainya
8. Kasyful Ghummah oleh Al Arbali, Juz 2, Hal 373
9. Raudhah Al Kafi, Juz 8, Hal 101
10. Kasyfu Al Ghummah Juz 2 Hal 360
11. Dalam firman Allah ini : Al Fath : 29
ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ
“itulah permisalan mereka di dalam At Taurat dan permisalan mereka di dalam Al Injil.” Termasuk sesuatu yang mustahil jika pujian Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang Yahudi dan Nasrani di dalam kitab-kitab mereka. Dan mustahil Allah Ta’ala memberikan mereka dua sifat agung sementara Dia Maha mengetahui bahwa mereka akan murtad, karena hal itu melazimkan adanya cela pada Dzat Allah –dan Allah Maha Suci dari segala cela- karena Yahudi dan Nashrani akan berkata (Allah telah berdusta pada kita –Na’uudzu billahi Min Dzalik- di mana Dia menyebutkan shifat kaum yang shalih kemudian mereka murtad?) ayat ini laksana pedang panas membara yang memukul telak siapa saja yang menganggap kafir para Sahabat Muhammad dan semoga Allah meridhai mereka.
12. lihat Tafsir Al Qummi, Juz 2, Hal 377, dan Al Burhan oleh Al Bahrani, Juz 4, Hal 358
13. Nahjul Balaghah, Hal 136
14. lihat kitab “Shafwat Syuruh Nahji Al Balaghah, Hal 593
15. Disebutkan oleh Abu Al Hasan Al Irbili dalam kitabnya “Kasyfu Al Ghummah Fie Ma’rifati Al Aimmah, Juz 2 Hal 205] dia juga mengutip bait-bait Syair yang dinisbatkan kepada Al Husain Radhiyallahu Anhu :
Tidak ada kesedihan melebihi sikap saudaraku yang membuatku terluka.
Allah tidak meridhai atas sikap dan perbutannya.
Akan tetapi jika Allah telah menetapkan perkara dalam taqdir-Nya
Maka pada waktu itu pula kamu akan melihatnya nyata
Jikalau aku diundang untuk berunding di dalamnya
Niscaya mereka akan melihat saudaranya ini jauh dari rela
Aku tidak pernah ridha dengan keputusan yang mereka rela
Walau seklompok orang datang kepadaku untuk memaksa
Walau hidungku digilas oleh sembilah pisau sebelumnya
Selamanya aku tidak akan pernah patuh dengan perdamaiannya
16. Tanqiihul Maqaal, Juz 3 Hal 142
17. lihat Ushulu Al Kafi oleh Al Kulaini, (1/258), dan kitab Al Fushul Al Muhimmah oleh Al hurr Al Amili, hal 155
18. Bihar Al Anwar, 43/364
19. Al Mufid An Nukat Al I’tiqadiyah, Hal 39
20. Al Anwar An Nu’maniyah (2/55)
21. Sunan Abu Dawud dan disahihkan oleh Al Albani
22. Mizan Al Hikmah, oleh Muhammad Ar Risyhari, Juz 5, Hal 121. sebagaimana juga diriwayatkan oleh Al Majlisi dalam Bihar Al Anwar, Juz 10, hal 364. dan Musnad Ar Ridha Juz 2 Hal 498, dan masih banyak sumber Syiah yang lain lagi.
23. Al Ikhtishash oleh Al Mufid
24. HR Al Bukhari, lihat Fathul Bari 5/211
25. lihatlah kitab Ushul Al Kafi (1/414)
26. Ushul Al Kafi (1/417).
27. Syarah Ushul Al Kafi : (7/66)
28. Syarah Ushul Al Kafi : (7/66)
29. Syarah Ushul Al Kafi (5/301)
30. Man Laa Yahdhuruhu Al Faqiih, oleh As Shaduq (4/271-272)
31. Nahju Al Balaghah, hal 576. Dan lihat pula Mustadrak Al Wasail (2/445)
32. Al Khishal oleh As Shaduq. Hal 621, dan Wasail As Syiah (3/270)
33. Man Laa Yahdhuruhu Al Faqiih oleh Abu Ja’far Muhammad Babawaih Al Qummi (1/232) dan diriwayatkan oleh Al Hurr Al Amili dalam Wasail As Syiah (2/916)
34. Tafsir As Shafi, Juz 5 hal 166
35. Wasail Syiah oleh Al Hurr Al Amili (3/598)

Komentar

Postingan Populer