Risalah Untuk Pecinta Ahlul Bait III


4. Jika Al Hasan Radhiyallahu Anhu adalah imam yang diangkat langsung oleh Allah Ta’ala, lalu kenapa dia mengundurkan diri dari tugasnya dan bahkan menyerahkannya kepada orang lain.

35. Jika Al Hasan Radhiyallahu Anhu adalah seorang yang maksum, pasti pengunduran dirinya untuk Mu’wiyah adalah benar, tidak salah dan diridhai oleh Allah, karena seorang yang maksum tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah.
Namun sumber-sumber syiah menyebutkan bahwa Al Husain Radhiyallahu Anhu, Maksum kedua setelah Al Hasan Radhiyallahu Anhu tidak menyukai sikap saudaranya.
Abu Mukhannaf berkata : “Nampaknya Maula kita Al Husain bin Ali Alaihis Salam tidak suka dengan sikap saudaranya Al Hasan yang mengundurkan diri untuk Muawiyah, dan dia berkata : jika hidungku digilas dengan sembilah pisau tajam niscaya lebih aku sukai dari apa yang telah dilakukan oleh saudaraku.” [15]

Tidak ada arti lain dari ungkapan ini kecuali anggapan bahwa yang dilakukan oleh Al Hasan adalah salah dan tidak diridhai oleh Allah hingga Al Husain tidak menyukai sikapnya. Ini membuktikan bahwa Al Hasan bukanlah seorang yang maksum, karena seorang yang maksum tidak mungkin berbuat salah, terlebih dalam urusan yang berkaitan dengan masadepan umat. Atau jika tidak demikian apakah Al Husain sendiri yang tidak maksum karena dia tidak suka dengan perbutan maksum yang tiada salah dan tidak berbuat kecuali benar.

36. Apakah Al Husain As Syahiid keluar (ke Kufah sebelum incident pembantaian terhadap dirinya) karena kemauannya sendiri atau karena surat yang berdatangan dari para kepala Syiahnya (pendungkungnya)?. Lalu kenapa setelah mengontaknya mereka kemudian menghinakannya dengan membiarkannya berangkat sendiri?. Dan yang paling tragis para pemimpin pasukan Syiah itu sendiri yang membantai Al Husain dan keluarganya.

37. Mana yang lebih baik untuk mashlahat umat, apakah pengunduran diri Al Hasan untuk Muawiyah demi mendapatkan mashlahat keamanan? Atau keluarnya Al Husain untuk menyongsong pertempuran hingga menimbulkan banyak mushibah, dan terparah adalah tertumpahnya darah Al Husain dan keluarganya yang mulia, kemudian setelah itu terjadi peristiwa Al Hurrah dan pengepungan Ka’bah?
Kemudian mana yang lebih benar antara perdamaian dan serah terima jabatan yang dilakukan oleh Al Hasan padahal dia memiliki jumlah pasukan yang luar biasa? Atau keluar menyongsong pertempuran seperti yang dilakukan oleh Al Husain dengan jumlah pasukan yang sangat kecil?
Tentu ada satu dari dua opsi di atas yang benar dan yang lain salah, tidak mungkin benar semua atau salah semua, kemudian yang salah tidak bisa disifati sebagai maksum karena menurut Syiah seorang yang maksum tidak bisa salah.

38. Sumber-sumber Syiah menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mewariskan dan menyalurkan ilmunya hanya kepada Ahlu baitnya tidak kepada yang lain, dan ilmu-ilmu tersebut kemudian tertuang dalam mushaf Fatimah, Al Jufar dan lain sebagainya. Bayangkan apakah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam boleh melakukan hal semacam itu sementara beliau diutus untuk seluruh manusia?. Sebagaimana firman Allah
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan Aku (Allah) tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat untuk seluruh alam.” [Al Anbiya` : 107]
dan juga firman-Nya
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan tidaklah Aku utus kamu kamu wahai Muhammad kecuali kepada seluruh manusia untuk memberi kabar gembira dan peringatan, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”[Saba` : 28]

39. Syiah menganggap bahwa Ghadir Khum adalah nash terdepan yang menjelaskan bahwa Khilafah telah tertulis secara teks religius (nash) untuk Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu. Namun apakah Ali kemudian berhujjah (berargument) dengan hadits ini terhadap Abu Bakar dan Sahabat lainnya untuk menuntut dan merebut haknya sebagai khalifah?…. Jika seandainya bisa diterima alasan bahwa Ali bin Abu Thalib diperintahkan untuk diam dan bungkam atas apa saja yang dia dapat, lalu kenapa Salman, Abu Dzar, Al Miqdad bin Al Aswad, Ammar dan Sahabat lain yang dianggap oleh Syiah hanya berloyalitas kepada Ali saja bukan yang lain, juga ikut diam dan bungkam? Apakah mereka juga diperintahkan untuk diam atas sesuatu yang menimpa Ali?

40. Sikap Syiah kepada Al Hasan Radhiyallahu Anhu dianggap sebagai sikap buruk dan negative, hal itu disebabkan beliau mengundurkan diri dari Khilafah untuk Mu’awiyah Radhiyallahu Anhu, meski demikian mereka juga tidak dapat mencela Al Hasan karena beliau termasuk dalam bagian hadits Al Kisa`, kalau mereka mencelanya tentu dapat menganulir dalil-dalil mereka bahwa Ahlul Kisa` adalah maksum, namun kemudian sikap protes tersebut mereka tampakkan secara nyata terhadap anak cucu Al Hasan, maka mereka menutup ruang Khilafah untuk anak cucunya dan hanya menyematkannya kepada anak cucu Al Husain saja. Sehingga di antara mereka ada yang berkata : “Seluruh anak keturunan Al Hasan bin Ali telah melakukan tindakan buruk, dan tidak bisa dianggap sebagai taqiyyah.” [16]

41. Beberapa sumber muktabar Syiah menyebutkan bahwa sebenarnya para imam mengetahui berbagai penindasan yang akan mereka dapatkan, namun mereka tetap menemui dan menjemputnya. Maka siksaan hingga ajal yang datang pada mereka pada dasarnya atas kemauan mereka juga. seperti yang disebutkan oleh Al Kulaini dalam kitabnya : “Sesungguhnya para imam mengetahui kapan mereka akan mati, dan mereka tidak mati kecuali dengan ikhtiyar (kemauan) mereka.” Jika memang betul demikian lalu apa perlunya taqiiyah buat mereka?

42. Taqiyyah dan kemaksuman tidak mungkin bersatu, karena taqiyyah aplikasinya adalah diam dari kebenaran atau diam atas kebatilan, dan sikap semacam itu dapat menciderai kemaksuman. Sebagaimana taqiyyah sendiri juga menyelisihi nash-nash yang tercantum dalam Al Kitab dan As Sunnah bahkan atsar ahlu bait sekaligus yang menganjurkan untuk bersabar dalam menghadapi ujian, teguh dan kuat dalam memegang prisip kebenaran meski mengalami banyak gangguan dan intimidasi.
Sebagaimana yang pernah dinasehatkan oleh Ali Radhiyallahu : “Bagaimanakah sikap kalian nanti, jika telah tiba masa di mana hudud (hukum sanksi pidana) telah diabaikan dan dibekukan, harta dirampas silih berganti, para wali Allah dimusuhi sedangkan para musuh Allah dipercayai sebagai wali (pemimpin)? Mereka berkata : “Wahai amiirul mukminin! Lalu apa yang harus kami perbuat? Beliau berkata : “Jadilah seperti Sahabat Isa Alaihis Salam, mereka dibelah dengan gergaji, dan disalib di atas kayu, sesungguhnya mati dalam ketaatan pada Allah Azza Wajalla lebih baik dari pada hidup dalam kemaksiatan terhadap-Nya.”

43. Jika taqiyyah memiliki kedudukan yang penting dalam agama sebagaimana yang disebutkan dalam sumber sumber muktabar Syiah, lalu kenapa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tidak pernah menggunakannya saat berada dalam kondisi darurat dan situasi genting. Bahkan diceritakan secara shahih dari beliau tatkala turun firman Allah Ta’ala :
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kuargamu yang terdekat.” [As Syu’ara` : 214],
beliau Shallallahu Alaihi Wasallam mendaki gunung Shafa, dan dengan lantang berseru kepada orang Quraisy di siang bolong. Sebagaimana beliau Shallallahu Alaihi Wasallam juga berseru dengan sekeras suaranya pada peristiwa Hunain padahal beliau berdiri sendirian berhadapan dengan musuh :
Aku adalah Nabi bukan pendusta
Aku adalah anak keterunan Abdul Muthallib
Bukankah dalam kondisi segenting ini seharusnya beliau Shallallahu Alaihi menggunakan taqiyyah yang disyariatkan Allah Ta’ala padanya, dan tidak menyerahkan diri dan para sahabatnya ke dalam situasi sulit dan mara bahaya besar? Dan kenapa Al Husain Radhiyallahu Anhu tidak menggunakannya, yakni bertaqiyyah kepada Hakam bin Ziyad demi menghindari tumpah darahnya, keluarga dan para sahabatnya yang mulia?.

44. Terdapat dalam beberapa kitab Syiah riwayat-riwayat dari imam yang saling berkotradikisi pada permasalahan furu’. Kadang ditemukan imam berfatwa haram dalam satu masalah, kadang makruh dan kadang pula mubah. Kemudian jika ditanyakan sebab kontradiksi ini, Syiah menjawab “imam berfatwa seperti itu karena taqiyyah.” Memang sudah maklum bagi setiap muslim bahwa perbedaan dalam permasalahan furu’ boleh saja, tidak ada saling mencela di dalamya, namun apakah kontradisi semacam ini perlu dilakukan oleh seorang imam dengan alasan taqiyyah?

45. Sumber-sumber muktabar Syiah menyebutkan bahwa para imam mereka mati karena ikhtiyar (kemauan) mereka, sebagaimana yang tersebut dalam riwayat ini :
“Para imam tahu kapan mereka mati, dan mereka tidak mati kecuali dengan ikhtiyarnya (pilihan/kemauan) sendiri.” [17]
Namun di sisi lain juga disebutkan bahwa tidak ada imam kecuali meninggalnya karena dibunuh atau diracun.[18] “Tidak ada Imam kecuali mati terbunuh atau diracun.” Pertanyaannya: kenapa dia memilih dirinya untuk dibunuh, bukankah hal terebut bisa dianggap bunuh diri yang haram?

46. Ali Radhiyallahu Anhu meninggal dengan terbunuh dalam kondisi umat sangat membutuhkan dirinya karena berkobarnya api fitnah yang mengkacau balaukan mereka, jika demikian kenapa harus memilih untuk terbunuh sedangkan dia mengharamkan umatnya untuk melakukan itu, sekaligus mereka juga sangat membutuhkan dirinya? Ditambah lagi resiko matinya beliau adalah pengunduran diri Al Hasan Radhiyallahu Anhu dari khilafah untuk Muawiyah yang dianggap oleh Syiah sebagai biangnya kufur dan thaghut?

47. Kitab-kitab Syiah banyak sekali menyebutkan hal-hal yang bersifat supra natural di luar kebiasaan dan normal manusia yang dimiliki oleh Ahlu Bait, seperti yang disebutkan oleh Al Hasan As Shaffar yang wafat pada tahun 290 H dalam kitabnya “Bashair Ad Darajat” misalanya :
“Bab bahwasanya para imam berjalan di muka bumi dan bisa mengetahui siapa saja yang dia mau dengan kemampuan yang diberikan oleh Allah kepadanya.”
Dan juga “Bab bahwasanya Amirul Mukmin Alaihis salam bisa mengendarai awan, dan naik ke ruang angkasa.”
Dan “Bab bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan para imam diberi kemampuan melihat yang tidak diberikan kepada selain mereka, di mana mereka bisa melihat apa yang dikerjakan manusia baik dalam kondisi tidur atau terjaga.”
Dan masih banyak lagi yang mereka sebutkan, jika itu semua benar, lalu kenapa mereka tidak bisa berpaling dari mara bahaya yang menimpanya. Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anahu terbunuh dengan cara yang jahat, Al Husain Radhiyallahu Anhu keluarganya di bantai di depan matanya, jika dia memiliki kemampuan supra natural seperti yang kalian sebutkan kenapa dia tidak menahan anak panah yang menghujam leher anaknya, yang kemudian disembelih di depannya? Yang benar adalah para Ahlu Bait memang mendapat karomah yang dianugerahkan oleh Allah kepada mereka, akan tetapi kemudian tidak lantas hal-hal yang bersifat supra natural dan khurafat bisa disandarkan pada mereka.

48. Definisi imam menurut Syiah adalah : “Manusia yang memiliki kepemimpinan menyeluruh dalam perkara dien (agama) dan dunia sebagai wakil dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.” [19]
Apakah definisi ini sesuai untuk criteria Al Mahdi yang masih ghaib?
49. Hadits yang bercerita tentang Al Mahdi berbunyi :
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللهُ ذلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيْهِ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ بَيْتِيْ يُوَاطِئُ اسْمَهُ اسْمِيْ وَاسْمُ أَبِيْهِ اسْمَ أَبِيْ
“Jikalau tidak ada yang tersisa dari dunia ini kecuali hanya sehari saja, niscaya Allah akan memperpanjang hari itu hingga Dia mengutus di dalamnya seorang lelaki dari Ahlu Baitku, namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya juga sama dengan namaku.”
Dan sudah maklum sekali bahwa nama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah, Muhammad bin Abdullah, sedangkan nama Al Mahdi menurut Syiah adalah Muhammad bin Al Hasan! Tentu ini adalah kerancauan yang luar biasa.

50. Syiah berkata : Sebab tersembunyinya imam mereka yang kedua belas adalah karena takut dari kedzhaliman. Jika demikian lalu kenapa dia masih terus menerus bersembunyi meskipun bahaya tersebut telah sirna dengan berdirinya banyak kedaulatan Syiah sepanjang sejarah, seperti kedaulatan Abidiyyiin, Buwaihiyyiin, Shafawiyyiin, dan yang terakhir adalah kedaulatan iran?!
Kenapa dia tidak keluar sekarang padahal Syiah sudah memiliki kekuatan untuk menolong, membela dan melindunginya?! Bukankah mereka sudah berjumlah jutaan pengikut yang siap mengorbankan nyawa siang dan malam….?!

51. Menurut Syiah bahwa jika Al Mahdi mereka telah muncul, maka dia akan berhukum dengan hukum keluarga Dawud! Lalu mana berada di mana syariat Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang menghapus syariat para Nabi sebelumnya?!

52. Kenapa diceritakan bahwa jika Al Mahdi Syiah telah keluar maka dia akan berdamai dengan Yahudi dan Nashrani dan membunuh orang-orang arab terutama Quraisy?!! Bukankah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam berasal dari arab dan Quraisy, begitu juga para imam kalian?!

53. Syiah meriwayatkan dari Abu Abdillah-Ja’far As Shadiq-berkata : “Perkara ini akan dipimpin oleh lelaki yang tidak ada orang yang menyebut namanya kecuali dia telah kafir….” [Al Anwar An Nu’maniyah. (2/53)] Namun mereka juga meriwayatkan dari Muhammad Al Hasan Al Askari bahwasanya dia berkata kepada Al Mahdi : “Kamu akan mengandung seorang anak lelaki bernama Muhammad, dia akan menjadi pemimpin sesudahku..” [20]
Bukankah ini sangat kontradiktif?! Kalian berkata : barang siapa yang menyebut namanya maka dia kafir, namun kalian juga berkata bahwa Al Hasan Al Askari menyebut namanya Muhammad!

54. Sumber-sumber Syiah menganggap bahwa Fatimah Radhiyallahu Anha telah dilecehkan, dipukul, diremukkan tulangnya serta janinnya yang tak berdosa diaborsi… Jika benar demikian lalu di mana seorang Ali Radhiyallahu Anhu yang terkenal gagah dan kuat?! Dan di mana Banu Hasyim yang menguasai arab dan non arab, serta terkenal dengan keberaniannya di masa jahiliyah dan islam? Dan di mana pula para pendukung Ali seperti Abu Dzar, Salman dan Al Miqdad? Dan di mana para Sahabat dan kerabatnya?

Komentar

Postingan Populer